Geologist

Senin, 23 Juni 2014

V Rule (Hukum "V")

Hukum "V"
Terkadang, pada suatu daerah dengan topografi yang komplek, akan memberikan pola penyebaran singkapan yang komplek pula. Penyebaran singkapan batuan dapat diperkirakan dari hubungan antara kedudukan lapisan batuan tersebut dengan kontur topografinya. Aturan – aturan yang mengatur mengenai hubungan tersebut disebut dengan Hukum ”V”. Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan penyebaran suatu singkapan batuan :
  1. Lapisan yang memiliki kedudukan horisontal akan mempunyai kontak yang konstan terhadap ketinggian. Kontak akan tepat dengan atau paralel terhadap kontur topografi (Gambar 7.3a)
  2. Tetapi ketika lapisan memiliki kedudukan vertikal, kontak akan memotong topografi secara tegas dan lurus tanpa mengikuti kontur topografi (Gambar 7.3b).
Gambar 7.3 Pola penyebaran singkapan.
(a) Lapisan horisontal.(b) Lapisan tegak

  1. Lapisan dengan kemiringan yang kecil akan membentuk kontak batuan yang agak mengikuti kontur topografi, sedangkan lapisan dengan kemiringan yang besar akan kurang mengikuti kontur topografi.
      Dibawah ini akan digambarkan suatu seri peta yang memperlihatkan perpotongan kontak batuan dengan topografi. Kontur struktur dan kontur topografi memiliki interval 100 meter. Kontak digambarkan dengan warna hijau dan batuan yang ada dibawah kontak berwarna kuning. Diketahui jurus lapisan 45o dan berada pada ketinggian 700 meter.
a)      Kemiringan lapisan berlawanan dengan slope topografi
            Pada peta – peta dibawah ini, slope topografi ke arah tenggara sedangkan kemiringan lapisan ke arah barat laut.
Gambar 7.4 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat) dengan kontur struktur (merah)
(1)     Horisontal. (2) Dip 9o NW. (3)Dip 17o NW. (4) Dip 32o NW

Gambar 7.5 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat) dengan kontur struktur (merah)
                     (1) Dip 52o NW. (2) Dip 68o NW. (3)Dip 79o NW. (4) Vertikal

Catatan : Kontak akan membentuk huruf V apabila kontak memotong pegunungan atau lembah. Kontak yang membentuk huruf V akan mengarah ke downdip dimana kontak itu memotong lembah (Gambar 7.6 a,b,c)

b)     Kemiringan lapisan searah dengan slope topografi
                  Pada peta – peta dibawah ini akan digambarkan suatu kontak dengan slope topografi yang berarah tenggara. Interval konur struktur yang berkurang setengah dari satu peta ke peta berikutnya.


3
 

Gambar 7.7 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat) dengan kontur struktur (merah)
(1)Horisontal. (2) Dip 9o NE. (3)Dip 17o NE. (4) Dip 32o NE

            Pada peta 2 kontak kemiringan berada pada down-valley, tetapi kontak membentuk V mengarah ke upvalley. Kemudian pada peta 3, bentuk V membalik dan mengarah ke downvalley.
            Pada peta 2 kemiringan lapisan mendekati sama dengan slope dari dasar lembah, sehingga kontaknya mengarah ke upvalley. Jika slope tepat sama dengan kemiringan lapisan, maka kontak akan berada di sepanjang dinding lembah dengan ketinggian yang konstan diatas dasar lembah.
            Pada peta 1, kontak juga membentuk V yang mengarah ke upvalley, dimana hal ini merupakan ciri dari kontur topografi. Hukum V pada kontak yang miring dapat digunakan pada kemiringan yang relatif ke lembah atau pegunungan yang dipotong. Sangat jarang ditemukan dasar lembah atau puncak bukit yang memiliki slope sangat curam, sehingga kebanyakan kontak pada peta geologi membentuk V yang mengarah ke downdip seperti halnya lembah. Pada peta 3 bidang lapisan lebih terjal daripada topografinya, sehingga bentuk V mengarah ke downvalley.
Sebagai catatan bahwa antara peta 2 dan 3, daerah kuning secara jelas membalik dari SW to NE. Alasannya bahwa slope topografi regional berada diantara 9o – 17o SW. Pada peta 2, bidang lapisan memiliki kemiringan yang lebih landai dibandingkan topografi tetapi pada peta 3, bidang lapisan lebih terjal daripada topografi.
Gambar 7.8 Peta penyebaran singkapan yang dibentuk dari perpotongan kontur topografi (coklat) dengan kontur struktur (merah)
                     (1) Dip 52o NW. (2) Dip 68o NW. (3)Dip 79o NW. (4) Vertikal

 

Gambar 7.9 Penyebaran singkapan batuan berdasarkan topografi dan kemiringan lapisan batuan
 (Hukum V)     


VII.2.1 Pembuatan Pola Penyebaran Singkapan
            Untuk membuat pola penyebaran singkapan, dilakukan kombinasi antara data kedudukan lapisan batuan dan data topografi untuk dapat mengetahui penyebaran singkapan batuan tersebut. Pola penyebaran singkapan tergantung pada :
1.      Tebal lapisan
2.      Topografi
3.      Besar kemiringan lapisan batuan
4.      Bentuk struktur lipatan
Sedangkan topografi dikontrol oleh batuan penyusun, struktur geologi, dan proses geomorfik.
            Bila setiap singkapan batuan yang sama dihubungkan satu sama lain dan batas satuan batuan tersebut digambarkan pada peta topografi, maka akan tampak suatu pola penyebaran singkapan. Hubungan antara kedudukan lapisan, penyebaran singkapan, dan topografi dirumuskan ke dalam suatu aturan tertentu yang disebut dengan Hukum V (lihat gambar 3.3).
            Pola penyebaran singkapan dapat digambarkan pada peta topografi apabila :
  1. Letak titik singkapan pada peta topografi diketahui
  2. Strike dan kemiringan lapisan batuan diketahui
  3. Terdapat garis ketinggian pada peta topografi
  4. Singkapan batuan yang akan dibuat polanya belum terganggu oleh struktur.

Contoh :
Di lokasi X tersingkap batas batulempung dengan batugamping dengan kedudukan N 90o E/20o dimana batugamping berada di atas batulempung. Peta topografi dan posisi X diketahui.
Penyelesaian :
Lihat gambar 7.10. Urutan penyelesaian sebagai berikut :
  1. Buat garis SS’ yang sejajar dengan strike lapisan batuan yang melewati X.
  2. Buat garis tegak lurus SS’ sebagai garis AB dan berpotongan di C (ketinggian 800 meter).
  3. Buat garis CE yang melalui C dan menyudut terhadap garis AB dengan sudut sebesar kemiringannya (dip = 20o).
  4. Pada garis SS’ buat skala sesuai dengan ketinggiannya mulai dari titik C, ke arah luar semakin kecil, sesuai dengan skala peta.
  5. Buat garis yang melalui titik – titik ketinggian tersebut sejajar dengan garis AB dan berpotongan dengan garis CE pada titik – titik tertentu.
  6. Dari titik tersebut buat garis sejajar strike lapisan hingga berpotongan dengan garis kontur.
  7. Buat titik perpotongan garis tersebut dengan kontur yang mempunyai ketinggian yang sama sebagai titik sama tinggi.
  8. Hubungkan titik – titik tersebut dari masing – masing ketinggian sehingga membentuk suatu pola penyebaran singkapan.
Gambar 7.10. Membuat pola penyebaran singkapan
 selengkapnya silahkan download di sini

FB ; adi_7brandalz@yahoo.co.id
 Email ; adigeologist@gmail.com

2 komentar: